STANDARD Rp 100.000
fasilitas : Free Wi-Fi, Private Bathroom, International TV, fan
Rp 120.000 Include breakfast *
alamat : Sosrowijayan Wetan GT I / 62 yogyakarta
call : (0274) 562114 / 085643003008
pin : 2657A516
*Harga Sewaktu2 dapat berubah
|

Jalan
Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang
menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari
yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat
berkumpulnya para seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka
seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Jalan
Malioboro telah membentuk sebuah kawasan tempat berkumpulnya berbagai
komunitas. Dari sekian banyak komunitas yang ada, hanya komunitas
pedagang yang terus eksis hingga kini. Komunitas-komunitas yang lain,
yang dulu memanfaatkan kawasan ini, seperti komunitas budayawan dan
seniman akhirnya hanya kebagian ruang sempit, tergusur aktivitas
perdagangan yang semakin lama semakin menguasai ruang di Malioboro.
![]() |
Tugu Jogja Dipagi Hari |
Jalan
tersebut dibangun sejak Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan
Hamengku Buwono I, dilengkapi sarana perdagangan berupa pasar
tradisional semenjak tahun 1758. Pasar yang dulunya berupa kawasan yang
banyak tumbuh pohon beringin akhirnya diberi nama Pasar Bringharjo.
Kawasan perdagangan tersebut terus berkembang dan setelah berlalu 248
tahun, akitvitas perdagangan meluas hingga menguasai seluruh kawasan
Malioboro.
Malioboro
diambil dari bahasa sansekerta yang berarti karangan bunga. Dulu, jalan
yang persis membujur ke arah pintu gerbang Keraton Ngayogyakarta selalu
dipenuhi karangan bunga jika Keraton menggelar perhelatan. Karena itu
jalan tersebut diberi nama Malioboro (karangan bunga). Malioboro menjadi
saksi bisu beragam peristiwa penting yang akhirnya banyak mewarnai
perjalanan panjang bangsa Indonesia. Hengkangnya tentara kerjaan Belanda
dari Bumi Pertiwi secara simbolik dilakukan di Jalan Malioboro dan ada
prasastinya yang dapat dilihat sampai sekarang. Di kanan kiri Jalan
Malioboro terdapat banyak bangunan bersejarah, diantaranya Benteng
Vredeburg dan Gedung Agung. Pernah menjadi tempat bersarang komunitas
seniman dan budayawan besar.
Malioboro
memang eksotik. Keeksotikan tersebut tetap berpendar hingga saat ini.
Ikon Kota Yogyakarta menyediakan aneka macam cinderamata khas Jogja.
Perburuan cinderamata sambil berjalan kaki di bahu jalan tempat
mangkalnya ratusan pedagang kaki lima menghadirkan suasana nan romantis.
Semua ada disini, mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik,
hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias
dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta
barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum
yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain.
![]() |
Sarapan di Bringharjo |
Bila
sudah cukup puas menyusuri Malioboro, lesehan Malioboro yang mulai buka
menjelang petang dapat dimanfaatkan melepas lelah sambil menikmati
makanan khas Jogja Gudeg. Bagi yang ingin memanjakan mulut dengan menu
lain, juga ada burung dara goreng/bakar, pecel lele, sea food, masakan
Padang dan aneka makan khas lainnya. Sambil menikmati makanan, pengamen
jalanan akan menghibur dengan lagu-lagu hits atau tembang kenangan.
![]() |
Halte Malioboro |
2. Kraton
![]() |
Keraton Yogyakarta |
Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik. Harga tiket masuk Rp. 5000 Per Orang.
|
3. Taman Sari

Bangunan yang mempunyai luas awal 10 hektar ini mempunyai 57 bangunan, yang terdiri dari kompleks kolam pemandian, danau buatan, pulau buatan, jembatan gantung, kanal air, taman, lorong bawah tanah, serta beberapa gedung dengan arsitektur Eropa, China, Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam. Pembangunan Istana Air Taman Sari ini dibiayai oleh Tumenggung Prawirosentiko, yang merupakan Bupati Madiun dan menggunakan jasa Demang Tegis, seorang arsitek dari Portugis. Saat ini, luas Istana Air Taman Sari sudah berkurang drastis karena beberapa kompleksnya telah dijadikan pemukiman penduduk. Harga Tiket Rp. 5000 Per Oran.
4. Candi Prambanan dan Istana Ratu Boko
Candi Prambanan adalah salah satu kompleks candi yang terkenal di Indonesia dan ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia pada tahun 1991 selain Candi Borobudur. Tidak sama dengan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha, Candi Prambanan adalah sebuah kompleks candi Hindu.
Candi Prambanan dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang. Cerita rakyat ini bermula dari Roro Jonggrang, putri kerajaan yang kecantikannya tak diragukan lagi. Banyak pemuda yang datang dengan maksud melamar sang putri, termasuk Bandung Bondowoso. Meskipun Bandung Bondowoso terkenal sakti dan kuat, namun Roro Jonggrang tidak menyukainya. Setelah berpikir lama, akhirnya Roro Jonggrang mengatakan bersedia menjadi istrinya, namun Bandung Bondowoso harus bisa membangun 1.000 candi dalam waktu semalam. Karena sangat yakin dengan kekuatan yang dimilikinya, pemuda itu menyanggupinya.
Dengan bantuan jin Bandung Bondowoso telah berhasil membangun 999 candi. Roro Jonggrang merasa takut, sehingga muncul ide untuk menumbuk padi yang akan membuat ayam berkokok. Ketika mendengar ayam telah berkokok sementara jumlah candi yang dibangun belum mencapai target, Bandung Bondowoso menjadi bingung dan marah saat tahu itu semua hanya tipuan Roro Jonggrang yang bertujuan untuk menggagalkan usahanya. Akhirnya, Bandung Bondowoso pun mengutuk sang putri menjadi sebuah candi untuk melengkapi jumlah candi yang dimintanya. Candi Dewa Siwa yang merupakan candi induk itulah yang dipercaya sebagai perwujudan Roro Jonggrang setelah dikutuk.
Istana Ratu Boko

Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
5. Pantai Kukup dan Pantai Indrayanti
Pantai Kukup



Pantai Indriyanti

0 komentar:
Posting Komentar